Makalah
Jati Diri Unsoed
“Etika,
Tatakrama Pergaulan Mahasiswa”

Disusun
oleh:
Tiwa
Karina Effendi
A1B015041
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan.
Saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Jati Diri Unsoed,
Bapak Tutur Chundori yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada
saya. Terlebih lagi dalam penyusunan makalah ini sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, yang tidak dapat saya
sebut satu-persatu.
Saya menyusun makalah yang berjudul “Etika,
Tatakrama Pergaulan Mahasiswa” ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Jati
Diri Unsoed yang diberikan oleh Bapak Tutur Chundori.
Kemampuan
maksimal dan usaha yang keras telah saya curahkan dalam menyusun makalah ini.
Semoga usaha saya tidak sisa-sia dan mendapatkan hasih yang baik.
Akhirnya,
saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Karena saya menyusun dalam
rangka mengembangkan diri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
baik lisan maupun tulisan sangat saya harapkan.
Purwokerto,
6 September 2015
Tiwa
Karina Effendi
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………….………………………i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB
I
PENDAHULUAN……………………………………………………………….………….…1
A. LATAR
BELAKANG………………………………………………………………1-2
B. TUJUAN…………………………………………………………...…......................2
BAB
II
PEMBAHASAN……………………………………………………………….…….………..3
A. ETIKA
DALAM MASYARAKAT KAMPUS………………………………..……3-7
BAB
III
PENUTUP………………………………………………………………………………..……8
KESIMPULAN……………………………………………………………………………..…8
SARAN……………………………………………………………………………………..…8
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………….9
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Tujuan pendidikan
tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan
menciptakan ilmu pengertahuan, teknologi dan kesenian. Selain itu, pendidikan
tinggi diarahkan untuk menghimpun, memelihara, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan kemanusiaan
(humaniora) dan memperkaya kebudayaaan nasional. Universitas Jenderal Soedirman
mengupayakan tercapainya tujuan dana rah pendidikan tersebut dengan
mengembangkan dan mengimplementasikan kuruikulum berbasis capaian pembelajaran
yang mencakup pengembangan karakter, kepribadian, dan jatidiri.
Tujuan pendidikan
tinggi tersebut dapat dicapai bila anggota sivitas akademika, yaitu dosen dan
mahasiswa mengerti serta melaksanakan sikap dan etika sebagai komunitas
masyarakat pada umumnya. Etika akademik sebagai panduan kehidupan masyarakat
kampus yang dilandasi motivasi keilmuan dan kecendekiaan. Oleh karena itu etika
sering ditempatkan pada situasi yang kondisional dalam kaitannya dengan
kekhusasan suatu komunitas, tempat, dan waktu, serta konsistensi komunitas
tersebut yang secara konsekuen mempertahankan nilai-nilai baik-buruk dan
benar-salah serta kepantasan atau kepatutan social yang berlaku.
Kata etika berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu dari kata “ethos” yang berarti ‘watak kesusialaan” atau
“adat”. Kata yang maknya identik dengan etika adalah kata moral yang berasal
dari Bahasa Latin, yaitu “mos” atau “mores” yang berarti “adat” atau “cara
hidup”. Oleh karena itu, etika dan moral sering diartikan sama
1
dalam pemaknaan kata, tetapi berbeda
dalam pemakaian dan penerapannya. Etika sering dipakai dan digayutkan dengan
pengkajian tentang sistem nilai, sedangkan moral digunakan untuk menilai
perbuatan. Etika sering memiliki istilah lain yang pemaknaannya berhimpit
dengan arti kata etika. Istilah lain yang identik dengan etika adalah susila
dan tata karma yang lebih menunjukan dasar-dasar, prinsip-prinsip, tata aturan
hidup yang lebih baik. Istilah yang memiliki kesepadanan dengan etika berasal
dari Bahasa Arab, yaitu akhlak, sehingga etika dapat disamakan dengan “ilmu
akhlak”.
B. TUJUAN
Diselenggarakannya materi etika Mata
Kuliah Jati Diri Unsoed adalah agar secara kesatuan sistem dalam rangka dan
kerangka pembangunan manusia, mahasiswa mampu menjelaskan disertai dengan
contoh tentang implementasi etika dalam tata kehidupan kampus dan kehidupan
masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
DALAM MASYARAKAT KAMPUS
Perguruan tinggi adalah
suatu embaga yang di dalamnya terdiri atas sivitas akademika (tenaga/dosen dan
mahasiswa) dan tenaga kependidikan. Begitu calo mahasiswa mulai untuk memasuki
lembaga perguruan tinggi, maka banyak hal yang harus dikenalnya sehingga mereka
akan dapat menjadi bagian dari lembaga tersebut. Sebagai suatu sistem,
perguruan tinggi membentuk masyarakat yang dikenal dengan sebutan masyarakat kampus
dan dalam masyarakat ini berbagai hal baru akan ditemui oleh mahasiswa baru.
Mahasiswa baru akan mengenal fasilitas yang tersedia dan dapat dimanfaatkan
ketika mereka belajar di perguruan tinggi, mereka akan mulai mengenal para
senior dan dosen-dosennya, mereka akan mengenal sistem pelayanan dan merekapun
akan mengenal hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat kampus. Oleh
sebab itu, para mahasiswa baru akan belajar tentang bagaimana harus bersikap
agar mereka menjadi bagian dari sistem perguruan tinggi atau masyarakat kampus.
Mereka akan mengenal dan mengikuti etika dan tata karma pergaulan kampus.
Etika dalam masyarakat
kampus atau dapat disebut sebagai etika akademik bersifat universal karena
etika berdasarkan kepada ilmu dan kearifan, sedangkan tata karma pergaulan
kampus akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lain. Tata karma didasarkan
pada adat dan kebiasaan serta kesepakatan dalam suatu masyarakat sehingga adat
kebiasaan lokal tempat kampus tersebut berada akan memengaruhi tata pergaulan
dalam kampus tersebut. Pengetahuan tata karma yang bersifat local ini
bagaimanapun akan memengaruhi tabiat dan perilaku anggota sivitas akademika
yang tercermin dalam sikapnya. Namun demikian, perilaku serta tatanan pergulan
yang harus diijalankan dan merupakan ciri dalam kehidupan masyarakat kampus
adalah sikap dan etika akademik.
3
1) LANDASAN
ETIKA AKADEMIK
Sikap akademik dipengaruhi oleh tingkat
penguasaan ilmu dan luasnya wawasan seseorang. Semakin tinggi tingkat keilmuan
yang dimiliki dan semakin luas wawasan seseorang akan semakin baik sikap
akademik seseorang. Perilaku seorang pakar yang berpengalaman dan lebih
berkompeten di bidangnya tentunya atau seharusnya memilik kadar akademis yang lebih
tinggi dibandingkan para mahasiswa baru yang baru memasuki dunia kampus. Sikap
akademik, dengan demikian, sangat memerlukan penguasaan ilmu dan aplikasinya
dalam kehidupan juga oleh pengalaman empiriknya.
Ilmu
melandasi etika akademik. Ilmu dikembangkan menggunakan metode ilmiah, logika,
otoritas, dan instuisi sebagaimana akan dijelaskan dalam sub-subbab berikut,
(1) Metode
Ilmiah
Ilmu pada hakikatnya mencari jawabn yang
benar atas berbagai pertanyaan dan cara menyusun pengetahuan yang benar, disebut
epistemologi. Landasan epistemologi ilmu adalah metode imiah yang telah
dikembangkan sejak kurang lebih empat abad yang lalu.
(2) Logika
Proses verifikasi mencakup penarikan
kesimpulan yang merupakan proses berpikir dengan menggunakan logika atau
penalaran. Proses penarikan kesimpulanndalam metode ilmiah menggunakan logika
deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus
yang bersifat individual, dan logika induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Suatu penarikan
kesimpulan yang sahih(valid) dilakukan dengan kedua logika tersebut.
4
(3) Otoritas
Manusia juga dapat mengandalkan pada
otoritas dalam mengembangkan pengetahuannya. Otoritas dapat berupa penjelasan
orang lain yang kredibilitas keilmuannya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai
contoh, kalu seseorang berkata: “Di bulan tidak ada kehidupan”, sesungguhnya
orang tersebut mengatakan: “saya yakin di bulan tidak ada kehidupan”.
Sepertinya orang tersebut bersandar pada fakta, tetapi sebenarnya ia bersandar
pada penjelasan orang lain yang membuktikan bahwa di bulan tidak dijumpai
adanya kehidupan. Jadi, orang tersebut mengetahui sesuatu melalui tangan kedua
dan kebanyakan pengetahuan manusia memang diperoleh melalui tangan kedua.
(4) Intuisi
Descrates, seorang filsof Perancis
(1596-1650), telah menunjukkan kekurangan-kekurangan logika dan menganjurkan
untuk kembali kepada cahaya yang ada dalam pikirannya. Jadi, selain logika dan
otoritas, maka manusia juga menggunakan intuisi dalam mencari kebenaran untuk
mengembangkan pengetahuannya. Akan tetapi, hanya intuisi orang-orang yang sudah
berpengalaman banyak dan mendalami bidang ilmu yang dikuasainya yang dapat
diandalkan. Kita tidak akan mengandalkan pada pendapat intuitif Einstein dalam
bidang kimia, misalnya, waluapun dia adalah ilmuwan besar, seab kira tahu bahwa
ia adalah pakar fisika dan matematika yang terkenal dengan teori
relativitasnya. Kita tidak akan bersandar pada intuisi seseorang yang bukan
pakarnya. Jadi, imu dikembangkan dengan logika, otoritas, dan intuisi para
pakar di bidangnya.
(5) Ilmu
Melandasi Etika
Manusia mengembangkan ilmu dengan tujuan
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di kehidupannya. Ilmu yang
dikembangkan menawarkan berbagai kemudahan dan pemecahan masalah kehidupan
manusia. Menggunakan ilmu dalam pemecahan masalah, manusia dapat meramalkan dan
mengendalikan fenomena alam.
5
Oleh sebab itu, sering dikatakna bahwa
dengan ilmu manusia memanipulasi dan menguasai alam serta memecahkan
permasalahan hidup yang dihadapinya.
2) Sikap
dan Etika Akademik
Sikap adalah perbuatan,
perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian. Seseorang yang memiliki
sikap akan selalu melakukan perbuatan yang dilandasi oleh pendirian yang jelas,
pendapat dan keyakinan yang jelas pula. Jadi, perbuatan seseorang yang memiliki
sikap jika ia tak berpendirian, tidak memiliki pendapat atau keyakinan.
Akademik berarti mengandung kearifan dan dilandasi dengan ilmu. Tidak saja
ilmu, tetapi juga kearifan dan kecendekiaan, yaitu pemahaman dan penerapan ilmu
dalam konteks humaniora menjadi sifat dasar dari sesuatu yang akademik.
Masyarakat akademik terdiri ata individu-individu yang memiliki dan menerapkan
ilmu dan kearifan dalam segala aktivitasnya, aktivtas berpikir, berbicara, maupun
aktivitas-aktivitas motoriknya.
Di
dalam suatu masyarakat yang segala sesuatunya harus akademik, yakni di
perguruan tinggi, dikenal pula adanya hak dan kewajiban, kebesan dan tata
aturan yang akademik pula. Di dalam kampus kita mengenal adanya kebebasab akademik.
Secara
universal kebebasan akademik berarti
(i)
Keleluasaan untuk mengajar dan membahas
masalah tanpa campur tangan pihak lain, misalnya pemerintah dan lain-lain;
(ii)
Tidak ada larangan atau hambatan dan
campur tangan penguasa untuk menulis dan mempublikasikannya dalam jurnal, buku,
dan sebagainya;
(iii)
Tidak adanya tekanan atau ancaman untuk
berbicara secara terbuka.
6
Warga
sivitas akademika, yaitu dosen dan mahasiswa dituntut mengerti dan melaksanakan
sikap akademik, mengerti kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.
Hal-hal inilah yang membedakan dunia kampus dari masyarakat lain. Seorang
anggota sivitas akademika memiiki sikap akademik yang antara lain sebagai
berikut.
(i)
Keingintahuan
(ii)
Kritis
(iii)
Terbuka
(iv)
Objektif
(v)
Tekun dan Konsisten
(vi)
Berani Mempertahankan kebenaran
(vii)
Berpandangan kedepan
(viii)
Independen
(ix)
Kreatif
7
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika dan etika akademik adalah ciri terpenting dalam
tata pergaulan manusia dan pergaulan masyarakat kampus. Hal- hal yang
menyangkut etika dan etika akademik dipaparkan secara ringkas dan tentunya
masih membutuhkan elaborasi demi penyempurnaannya sesuai dengan sifat
pengetahuan yang dinamis dan seantiasa berkembang.
SARAN
Kepada generasi pemuda terutama mahasiswa harus mempunyai
etika akademik dan dikembangkan dalam kehidupan kampus maupun kehidupan
masyarakat. Dan setelah mengikuti kuliah etika dan etika akademika, mahasiswa
dapat menjelaskan etika akademik dan menerapkannya secar konstekstual dalam
dinamika kegiatan akademik.
8
DAFTAR
PUSTAKA
Adjisoedarmo Soedito,
2015. Jati Diri Unsoed. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar