Selasa, 13 Oktober 2015

Makalah Jati Diri Unsoed


Makalah Jati Diri Unsoed
“Etika, Tatakrama Pergaulan Mahasiswa”


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-eoApqEg0yEpPSp9Rv-3DcI2NXgmdBeiBc4wVr6oOccSU5jaDi2j5quY24pxaREU5_lL8GP6HJazlYTNXDHt4z8XQlpH3m2pWO5LQRvxsVZgmZYuT0Eoc6TASit4RuLy8I7T26tl58Q/s1600/logo_UNSOED.jpg




Disusun oleh:

Tiwa Karina Effendi
A1B015041


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Jati Diri Unsoed, Bapak Tutur Chundori yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada saya. Terlebih lagi dalam penyusunan makalah ini sehingga saya dapat menyelesaikannya dengan baik. Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu saya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, yang tidak dapat saya sebut satu-persatu.
 Saya menyusun makalah yang berjudul “Etika, Tatakrama Pergaulan Mahasiswa” ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Jati Diri Unsoed yang diberikan oleh Bapak Tutur Chundori.
Kemampuan maksimal dan usaha yang keras telah saya curahkan dalam menyusun makalah ini. Semoga usaha saya tidak sisa-sia dan mendapatkan hasih yang baik.
Akhirnya, saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Karena saya menyusun dalam rangka mengembangkan diri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun baik lisan maupun tulisan sangat saya harapkan.



Purwokerto, 6 September 2015


Tiwa Karina Effendi

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………….………….…1
A.    LATAR BELAKANG………………………………………………………………1-2
B.     TUJUAN…………………………………………………………...…......................2
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………….…….………..3
A.    ETIKA DALAM MASYARAKAT KAMPUS………………………………..……3-7
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………..……8
KESIMPULAN……………………………………………………………………………..…8
SARAN……………………………………………………………………………………..…8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….9







ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengertahuan, teknologi dan kesenian. Selain itu, pendidikan tinggi diarahkan untuk menghimpun, memelihara, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan kemanusiaan (humaniora) dan memperkaya kebudayaaan nasional. Universitas Jenderal Soedirman mengupayakan tercapainya tujuan dana rah pendidikan tersebut dengan mengembangkan dan mengimplementasikan kuruikulum berbasis capaian pembelajaran yang mencakup pengembangan karakter, kepribadian, dan jatidiri.
Tujuan pendidikan tinggi tersebut dapat dicapai bila anggota sivitas akademika, yaitu dosen dan mahasiswa mengerti serta melaksanakan sikap dan etika sebagai komunitas masyarakat pada umumnya. Etika akademik sebagai panduan kehidupan masyarakat kampus yang dilandasi motivasi keilmuan dan kecendekiaan. Oleh karena itu etika sering ditempatkan pada situasi yang kondisional dalam kaitannya dengan kekhusasan suatu komunitas, tempat, dan waktu, serta konsistensi komunitas tersebut yang secara konsekuen mempertahankan nilai-nilai baik-buruk dan benar-salah serta kepantasan atau kepatutan social yang berlaku.
Kata etika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari kata “ethos” yang berarti ‘watak kesusialaan” atau “adat”. Kata yang maknya identik dengan etika adalah kata moral yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu “mos” atau “mores” yang berarti “adat” atau “cara hidup”. Oleh karena itu, etika dan moral sering diartikan sama




1
dalam pemaknaan kata, tetapi berbeda dalam pemakaian dan penerapannya. Etika sering dipakai dan digayutkan dengan pengkajian tentang sistem nilai, sedangkan moral digunakan untuk menilai perbuatan. Etika sering memiliki istilah lain yang pemaknaannya berhimpit dengan arti kata etika. Istilah lain yang identik dengan etika adalah susila dan tata karma yang lebih menunjukan dasar-dasar, prinsip-prinsip, tata aturan hidup yang lebih baik. Istilah yang memiliki kesepadanan dengan etika berasal dari Bahasa Arab, yaitu akhlak, sehingga etika dapat disamakan dengan “ilmu akhlak”.

B.     TUJUAN

Diselenggarakannya materi etika Mata Kuliah Jati Diri Unsoed adalah agar secara kesatuan sistem dalam rangka dan kerangka pembangunan manusia, mahasiswa mampu menjelaskan disertai dengan contoh tentang implementasi etika dalam tata kehidupan kampus dan kehidupan masyarakat.


















2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    ETIKA DALAM MASYARAKAT KAMPUS
Perguruan tinggi adalah suatu embaga yang di dalamnya terdiri atas sivitas akademika (tenaga/dosen dan mahasiswa) dan tenaga kependidikan. Begitu calo mahasiswa mulai untuk memasuki lembaga perguruan tinggi, maka banyak hal yang harus dikenalnya sehingga mereka akan dapat menjadi bagian dari lembaga tersebut. Sebagai suatu sistem, perguruan tinggi membentuk masyarakat yang dikenal dengan sebutan masyarakat kampus dan dalam masyarakat ini berbagai hal baru akan ditemui oleh mahasiswa baru. Mahasiswa baru akan mengenal fasilitas yang tersedia dan dapat dimanfaatkan ketika mereka belajar di perguruan tinggi, mereka akan mulai mengenal para senior dan dosen-dosennya, mereka akan mengenal sistem pelayanan dan merekapun akan mengenal hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat kampus. Oleh sebab itu, para mahasiswa baru akan belajar tentang bagaimana harus bersikap agar mereka menjadi bagian dari sistem perguruan tinggi atau masyarakat kampus. Mereka akan mengenal dan mengikuti etika dan tata karma pergaulan kampus.
Etika dalam masyarakat kampus atau dapat disebut sebagai etika akademik bersifat universal karena etika berdasarkan kepada ilmu dan kearifan, sedangkan tata karma pergaulan kampus akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lain. Tata karma didasarkan pada adat dan kebiasaan serta kesepakatan dalam suatu masyarakat sehingga adat kebiasaan lokal tempat kampus tersebut berada akan memengaruhi tata pergaulan dalam kampus tersebut. Pengetahuan tata karma yang bersifat local ini bagaimanapun akan memengaruhi tabiat dan perilaku anggota sivitas akademika yang tercermin dalam sikapnya. Namun demikian, perilaku serta tatanan pergulan yang harus diijalankan dan merupakan ciri dalam kehidupan masyarakat kampus adalah sikap dan etika akademik.






3
1)      LANDASAN ETIKA AKADEMIK
Sikap akademik dipengaruhi oleh tingkat penguasaan ilmu dan luasnya wawasan seseorang. Semakin tinggi tingkat keilmuan yang dimiliki dan semakin luas wawasan seseorang akan semakin baik sikap akademik seseorang. Perilaku seorang pakar yang berpengalaman dan lebih berkompeten di bidangnya tentunya atau seharusnya memilik kadar akademis yang lebih tinggi dibandingkan para mahasiswa baru yang baru memasuki dunia kampus. Sikap akademik, dengan demikian, sangat memerlukan penguasaan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan juga oleh pengalaman empiriknya.
      Ilmu melandasi etika akademik. Ilmu dikembangkan menggunakan metode ilmiah, logika, otoritas, dan instuisi sebagaimana akan dijelaskan dalam sub-subbab berikut,
(1)   Metode Ilmiah
Ilmu pada hakikatnya mencari jawabn yang benar atas berbagai pertanyaan dan cara menyusun pengetahuan yang benar, disebut epistemologi. Landasan epistemologi ilmu adalah metode imiah yang telah dikembangkan sejak kurang lebih empat abad yang lalu.
(2)   Logika
Proses verifikasi mencakup penarikan kesimpulan yang merupakan proses berpikir dengan menggunakan logika atau penalaran. Proses penarikan kesimpulanndalam metode ilmiah menggunakan logika deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual, dan logika induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Suatu penarikan kesimpulan yang sahih(valid) dilakukan dengan kedua logika tersebut.







4
(3)   Otoritas
Manusia juga dapat mengandalkan pada otoritas dalam mengembangkan pengetahuannya. Otoritas dapat berupa penjelasan orang lain yang kredibilitas keilmuannya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh, kalu seseorang berkata: “Di bulan tidak ada kehidupan”, sesungguhnya orang tersebut mengatakan: “saya yakin di bulan tidak ada kehidupan”. Sepertinya orang tersebut bersandar pada fakta, tetapi sebenarnya ia bersandar pada penjelasan orang lain yang membuktikan bahwa di bulan tidak dijumpai adanya kehidupan. Jadi, orang tersebut mengetahui sesuatu melalui tangan kedua dan kebanyakan pengetahuan manusia memang diperoleh melalui tangan kedua.
(4)   Intuisi
Descrates, seorang filsof Perancis (1596-1650), telah menunjukkan kekurangan-kekurangan logika dan menganjurkan untuk kembali kepada cahaya yang ada dalam pikirannya. Jadi, selain logika dan otoritas, maka manusia juga menggunakan intuisi dalam mencari kebenaran untuk mengembangkan pengetahuannya. Akan tetapi, hanya intuisi orang-orang yang sudah berpengalaman banyak dan mendalami bidang ilmu yang dikuasainya yang dapat diandalkan. Kita tidak akan mengandalkan pada pendapat intuitif Einstein dalam bidang kimia, misalnya, waluapun dia adalah ilmuwan besar, seab kira tahu bahwa ia adalah pakar fisika dan matematika yang terkenal dengan teori relativitasnya. Kita tidak akan bersandar pada intuisi seseorang yang bukan pakarnya. Jadi, imu dikembangkan dengan logika, otoritas, dan intuisi para pakar di bidangnya.
(5)   Ilmu Melandasi Etika
Manusia mengembangkan ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di kehidupannya. Ilmu yang dikembangkan menawarkan berbagai kemudahan dan pemecahan masalah kehidupan manusia. Menggunakan ilmu dalam pemecahan masalah, manusia dapat meramalkan dan mengendalikan fenomena alam.

5
Oleh sebab itu, sering dikatakna bahwa dengan ilmu manusia memanipulasi dan menguasai alam serta memecahkan permasalahan hidup yang dihadapinya.

2)      Sikap dan Etika Akademik
Sikap adalah perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian. Seseorang yang memiliki sikap akan selalu melakukan perbuatan yang dilandasi oleh pendirian yang jelas, pendapat dan keyakinan yang jelas pula. Jadi, perbuatan seseorang yang memiliki sikap jika ia tak berpendirian, tidak memiliki pendapat atau keyakinan. Akademik berarti mengandung kearifan dan dilandasi dengan ilmu. Tidak saja ilmu, tetapi juga kearifan dan kecendekiaan, yaitu pemahaman dan penerapan ilmu dalam konteks humaniora menjadi sifat dasar dari sesuatu yang akademik. Masyarakat akademik terdiri ata individu-individu yang memiliki dan menerapkan ilmu dan kearifan dalam segala aktivitasnya, aktivtas berpikir, berbicara, maupun aktivitas-aktivitas motoriknya.
      Di dalam suatu masyarakat yang segala sesuatunya harus akademik, yakni di perguruan tinggi, dikenal pula adanya hak dan kewajiban, kebesan dan tata aturan yang akademik pula. Di dalam kampus kita mengenal adanya kebebasab akademik.
      Secara universal kebebasan akademik berarti
(i)                 Keleluasaan untuk mengajar dan membahas masalah tanpa campur tangan pihak lain, misalnya pemerintah dan lain-lain;
(ii)               Tidak ada larangan atau hambatan dan campur tangan penguasa untuk menulis dan mempublikasikannya dalam jurnal, buku, dan sebagainya;
(iii)             Tidak adanya tekanan atau ancaman untuk berbicara secara terbuka.



6
Warga sivitas akademika, yaitu dosen dan mahasiswa dituntut mengerti dan melaksanakan sikap akademik, mengerti kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan. Hal-hal inilah yang membedakan dunia kampus dari masyarakat lain. Seorang anggota sivitas akademika memiiki sikap akademik yang antara lain sebagai berikut.
(i)                 Keingintahuan
(ii)               Kritis
(iii)             Terbuka
(iv)             Objektif
(v)               Tekun dan Konsisten
(vi)             Berani Mempertahankan kebenaran
(vii)           Berpandangan kedepan
(viii)         Independen
(ix)             Kreatif













7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Etika dan etika akademik adalah ciri terpenting dalam tata pergaulan manusia dan pergaulan masyarakat kampus. Hal- hal yang menyangkut etika dan etika akademik dipaparkan secara ringkas dan tentunya masih membutuhkan elaborasi demi penyempurnaannya sesuai dengan sifat pengetahuan yang dinamis dan seantiasa berkembang.

SARAN
            Kepada generasi pemuda terutama mahasiswa harus mempunyai etika akademik dan dikembangkan dalam kehidupan kampus maupun kehidupan masyarakat. Dan setelah mengikuti kuliah etika dan etika akademika, mahasiswa dapat menjelaskan etika akademik dan menerapkannya secar konstekstual dalam dinamika kegiatan akademik.












8
DAFTAR PUSTAKA

Adjisoedarmo Soedito, 2015. Jati Diri Unsoed. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.




















9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar